Kurma Sumber Devisa
Makkah dan Madinah adalah dua kota di kawasan kerajaan Arab Saudi yang penuh dengan kasih sayang Allah SWT. Betapa tidak, wilayah dengan padang pasirnya yang gersang, ternyata bisa menumbuhkan kemakmuran. Tak hanya 'emas hitam' minyak bumi yang menghasilkan riyal bagi kerajaan, tapi juga devisa lain yang diberikan Allah kepada mereka. Ya, dia adalah pohon kurma.
Sumber devisa yang mengalir sebagai imbas dari keberadaan kota tersebut sangatlah deras dan masif. Bahkan, guyuran devisa kurma itu tak hanya datang setahun sekali pada musim haji. Setiap bulan, ribuan jamaah umrah silih berganti berdatangan di kedua kota itu.
Memang, salah satu yang membuat Kerajaan Arab ini kaya raya adalah limpahan semburan minyak bumi. Lewat hasil alam ini, Semenanjung Arabia yang hingga dekade 70-an terbelakang, kini sontak berubah total. Bangunan kumuh menghilang. Pemandangan tak sedap di Makkah dan Madinah juga terhapuskan.
Wajah Arab Saudi berubah total. Minimal, kini tak ada lagi orang asli Saudi yang menjadi kuli angkut pelabuhan, penjaga toko, pedagang asongan, tukang sapu, atau pekerja kasar. Posisi mereka digantikan etnis Arab lainnya yang berasal dari Yaman, Mesir, atau ‘warga negara impor’ asal India, Pakistan, Filipina, atau Indonesia
Namun, di luar berkah keberadaan dua kota suci dan limpahan minyak bumi, sebenarnya ada satu fenomena yang membuat warga gurun di Semenanjung Arabia bisa mempertahankan hidupnya. Fenomena ini sdah berjalan ribuan tahun lamanya. Salah satunya adalah kurma (Tamr; Arab, Phoenix dactylifera; Latin). Tanaman ini sejenis Palma (Arecaceae) dalam genus Phoenix yang buahnya bisa dimakan.
Asal-usul tumbuhan kurma diperkirakan berasal darikawasan sekitar wilayah Persia.Saking berharganya, komoditas buah kurma pun dahulu kerap dipakai sebagai sarana ganti rugi dalam pembebasan budak. Kisah ini, terjadi sewaktu Nabi Muhammad SAW berniat membebaskan Salman al-Farisi dari statusnya sebagai budak belian.
Rasulullah tertarik membebaskan lelaki asal Persia ini karena kagum akan kepintarannya dan besarnya rasa keingintahuannya terhadap ajaran Islam. Salman, saat itu, menjadi budak orang Yahudi yang tinggal di Madinah. Setelah berjumpa langsung dengan Nabi, dia pun memeluk Islam. Tapi, ini bermasalah karena majikannya, saat itu, marah besar. Nabi kemudian menawarkan ganti rugi untuk membebaskan Salman. Sang majikan setuju dengan harga yang mahal dan syarat yang sulit, yakni menanamkan 300 tunas pohon kurma ditambah emas 40 ons.
Adanya permintaan tebusan semahal itu, para sahabat pun turun tangan membantu pembebasan Salman dengan menyumbangkan tunas pohon kurma dan simpanan emas yang dimilikinya. Setelah memerintahkan Salman menggali lubang-lubangnya, kemudian Nabi sendiri yang menanam tunas kurma itu.
Menurut kisah, kurma yang ditanam Nabi itu tak ada satu pohon pun yang mati, bahkan tumbuh dengan suburnya. Dari sinilah kemudian timbul sebutan adanya kurma Nabi atau azwa. Yang jelas, kurma jenis ini lebih enak. Kurma ini banyak ditanam di lahan pertanian yang ada di sekitar Madinah.
Bahkan, di dekat Bukit Uhud, ada pasar yang khusus menjual kurma ini. Jadi, tak hanya minyak bumi saja yang membuat kawasan gurun Arab diberkati, kurma juga ikut memberikan andil. Malah konon, panasnya udara padang pasir sangat membantu pematangan buah kurma. Tanpa panas yang cukup sepanas suhu padang pasir, kurma yang dipetik pun akan busuk. Wallahu’alam
sumber :republika
Tidak ada komentar
Posting Komentar